Jumat, 17 Juni 2005

kaitan ilmu filsafat dan ilmu logika serta ilmu kesehatan masyrakat


KETERKAITAN ILMU FILSAFAT DENGAN ILMU LOGIKA
  • Filsafat ilmu berfungsi untuk memberi petunjuk tentang cara pandang hakekat sesuatu yang menjadi obyek penelitian.
  • Filsafat ilmu membahas 3 komponen dasar berkaitan dengan penelitian yaitu: 1).ontologi, 2).epistemologi dan 3).aksiologi.
  • -ontologi yaitu pembahasan tentang bagaimana cara memandang apa hakekat sesuatu itu, apakah dipahami sebagai sesuatu yang tunggal dan bisa dipisah dari sesuatu yang lain atau bernuansa jamak, terikat dengan sesuatu yang lain, sehingga harus dipahami sebagai suatu kebulatan (holistik).
  • -epistemologi yaitu pembahasan tentang bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan. Bagaimana tatacara memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan ini dipengaruhi oleh ontologi yang dipilihnya. Bila ontologi memahami sesuatu adalah tunggal, maka cara memperoleh kebenaranya dengan menggunakan jenis “penelitian kuantitatif”. Akan tetapi bila ontologinya memahami sesuatu secara jamak, maka digunakan jenis “penelitian kualitatif”.
  • -aksiologi adalah pembahasan tentang bentuk ilmu yang dihasilkan dari penelitian. Inipun dipengaruhi oleh ontologi yang digunakan. Ontologi yang memahami sesuatu itu tunggal, penelitianya jenis kuantitatif, maka ilmu yng dibentuknya  disebut “ nomotetik” dan bebas nilai (value free), sedangkan ontologi yang memahami sesuatu itu jamak dan penelitiannya jenis kualitatif, maka ilmu yang dihasilkan disebut “idiografik” dan bermuatan nilai (value bound).

·           Pembahasan ontologi, epistemologi dan aksiologi dikaitkan dengan logika yang digunakan untuk pembuktian, baik mengenai kenyataan,  kebenaran dan tingkat kepastian, dapat dikelompokkan menjadi dua aliran filsafat ilmu yaitu emperisme  dan rasionalisme/realisme.


·           Filsafat emperisme menghendaki kebenaran terbatas pada emperik sensual atau indrawi, memunculkan logika positivistik, sedangkan filsafat resionalisme/realisme menghendaki kebenaran emperik logik, etik dan transendental/metafisik, memunculkan logika phenomenologik.

·           Logika positivistik menghendaki perencanaan riset yang rigor / ketat, rinci, terukur, terkontrol dan penetapan data yang konkrit yang teramati, memunculkan jenis penelitian kuantitatif. Logika phenomenologik menghendaki perencanaan riset yang longgar dan luwes, sebab data yang dicari tidak pasti, sangat tergantung pada fenomena yang dijadikan sasaran risetnya, memunculkan jenis penelitian kualitatif.









KETERKAITAN ILMU LOGIKA DENGAN ILMU KESEHATAN MASYRAKAT
.Ilmu logika digunakan dalam riset epidemiologi, kedokteran, dan kesehatan, untuk merumuskan hipotesis, membangun teori, maupun mengembangkan pengetahuan umumnya. Sains baik epidemiologi, kedokteran, dan kesehatan, adalah ilmu terapan. Sains tidak dimaksudkan sebagai “menara gading” yang tidak berguna untuk perbaikan status kesehatan masyarakat. Jadi sains tidak hanya membutuhkan cara berpikir logis dan runtut, tetapi juga seni dan kreativitas dalam penarikan kesimpulan....